- Home >
- Antara Indah, Adiknya, Inem pembantunya Dan Kakaknya
Pagi ini aku tidak bisa memakai mobil, karena adikku meminjam untuk acara sekolahnya. Aku jadi kalang kabut, mengingat janjiku sama Evi kemarin. Mana mungkin ke puncak dengannya naik bis? Kalau tak ditepati, Evi pasti melapor pada Indah. Aku pusing tujuh keliling. Aku mampir ke warung di depan rumah untuk membeli rokok. Aku terdiam sambil merokok di depan warung. Tak berapa lama, Randy kawan adikku datang menghampiriku dengan motor ninja RR nya, dan menanyakan adikku. Aku mengatakan ia telah pergi dari jam 6 pagi tadi.
“Kak, aku titip motor di rumah boleh ya. Biar aku susul Randy ke sekolah naik taxi. Soalnya kalau motor ditinggal di sekolah nggak ada yang jaga, hari ini kan semuanya study tour ke Bandung”, sahut Randy kalem.
BANDARQ
Mendengar itu, akupun mendapat ide cemerlang. Namun, apakah enak ke puncak dengan Evi naik motor? Daripada nggak jadi samasekali dan Evi ngadu dengan Indah, kayaknya ide ini perlu dicoba. Akhirnya aku memberanikan diri untuk meminjam motor dari Randy.
ADUQ
“Ya udah kak, pake aja motorku, aku ambilnya besok siang aja ya”, sahut Randy
Setelah menghubungi Evi via handphone, akhirnya aku berangkat ke sekolahan Evi di sekitaran melawai.
DOMINO99
“kok naik motor kak”, sahut Evi.
Akupun menjelaskan semuanya, dan Evi memahaminya. Namun Evi minta dibelikan jaket terlebih dahulu, hingga akhirnya kami mengendarai motor kea rah Plaza Senayan. Jam menunjukkan pukul 8.30 WIB, dan Plaza Senayan belum dibuka. Akhirnya kami memarkir motor dan Evi pun menelpon mamanya untuk memberitahukan ia akan pulang malam untuk mengerjakan tugas sekolah di rumah Sheila kawannya. Setelah itu kami mengobrol layaknya sepasang suami istri yang kasmaran. Bahkan sesekali Evi mengelus elus kontolku. Tak terasa, jam sudah menunjukkan jam 10.00 WIB, akhirnya kami segera masuk ke Metro dept. store di lantai tiga .
BANDARPOKER
“Kak, yang ini aja ya. Harganya juga nggak terlalu mahal kok” ujar Evi. Kemudian ia membawanya kekamar ganti.
“Kak, liat sini dong”, teriaknya memanggilku kekamar ganti. Evipun menarikku masuk ke kamar ganti, lalu memaksaku meremas teteknya, dan tangan kanannya meremas kontolku yang telah mengeras dibalik jelana jeansku. Evi menciumiku seperti orang kesetanan. Mulai bibirku, pipiku, kupingku terus sampai ke leherku diciumi oleh Evi dengan membabi buta. Aku pasrah saja melihatnya, namun aku menikmatinya.
“maaf, disini dilarang melakukan hal asusila” ujar SPG sambil menyibakkan tirai kamar ganti. Kamipun bergegas ke kasir untuk membayar diiringi dengan senyuman mesem para SPG.
“Aku ke toilet dulu ya kak, mau ganti celana jeans dan pakai jaket. Oh ya, celana dalam kakak dilepas dong”, bisik Evi di telingaku.
POKER
Aku menjadi heran sendiri dengan Evi. Kenapa ia memintaku melepaskan celana dalam? Mengapa ia sebuas ini? Inikah Evi kecil itu? Apa yang merasukinya? Ahhh pusing, pikirku. Akupun ke toilet untuk melepaskan celana dalamku, kemudian bergegas keluar menunggu Evi. 10 menit kemudian Evi keluar dari toilet. Aku terpana melihat penampilan Evi siang itu. Pantatnya yang menyembul dibalik celana jeansnya. Teteknya yang mini dibiarkan menyembul tanpa BH dan memperlihatkan putingnya yang tertarik kaos ketatnya. Evi menggandeng tanganku dan kamipun berjalan ke parkiran dan melajukan motor ke arah Bogor lewat Depok.
Ketika melintasi jalur parung yang sepi, Evi mulai membelai belai kontolku yang masih terbungkus celana jeans. Evi membuka retsletingku, menutupi tangannya yang sedang memegang kontolku dengan tas sekolahnya, kemudian mengocok ngocokkan kontolku dengan lembut dan membisikkan suaranya yang mendesah desah di telingaku.
“kak, keluarin dong yang pertama diatas motor untuk Evi. Evi kan lebih hebat dari kak Indah dan Inem. Mmmmm ….ayo dong kakkk……” ujar Evi terbata bata.
CAPSASUSUN
Akupun membagi konsentrasi antara menikmati kocokan lembut Evi dan mengendarai motor yang kupacu 50 km/jam saja.
“ayo dong sayang, keluarin untuk Evi”, sahutnya lagi mendesah berulangkali seperti orang yang kesurupan.
SAKONG
“Ahhh ….. enak sayangg…..”, sahutku! Crooottttt……Pejuku keluar hingga tumpah membasahi speedometer. Lalu Evi memintaku menepi sejenak di tepi jalan yang sepi dan berbatasan dengan hijaunya persawahan. Evi turun dari motor, tanpa malu dan takut takut, ia pun memintaku langsung turun dari motor kemudian menarik tanganku kebelakang pohon besar di tepi jalan itu. Kemudian ia langsung jongkok, dan menghisap kontolku yang basah. Walau hanya 2 menit, sensani yang dibuat Evi membuat kenikmatan yang terkira untukku. Aku mencium keningnya sebagai ucapan terima kasih, lalu beranjak kemotor sambil melap maniku di speedo meter dengan jariku. Ketika aku ingin membuangnya, Evi menarik tanganku dan menjilati jariku tersebut. Ah, gila bener anak ini pikirku, namun aku senang sekali.
Pukul 15.00 WIB kami tiba di vila keluarga Evi di Megamendung. Setelah berbasa basi, menyogok dan mengencam mang Danu penjaga vila supaya tidak memberitahukan kedatangan kami, akhirnya kami masuk ke vila. Sesampainya di dalam, Evi langsung mengajakku mandi air hangat. Setelah mandi, kamipun beristirahat di kamar Evi hingga tertidur selama 1 jam.
“ahhhh…..ahhh …mmmmm” kudengar suara itu samar samar.
Dan aku merasakan geli dibagian kontolku. Rupanya Evi sedang menjilati sambil mengocoki kontolku. Yang lebih hebat, Evi melumuri kontolku dengan coklat. Aku hanya bisa terdiam dan menikmati ulah adik pacarku ini. Kontolku yang semakin mengeras dan mengacung langsung ditidurkan oleh Evi yang menindih tubuhku sambil menggesek gesekan memeknya di kontolku.
“kak, Evi sudah keluar 2 kali nih. Evi masih mau terus kak” ujar Evi sambil menciumi tetekku yang berbulu.
Akupun mulai terbangun sepenuhnya, dan mendorong tubuh Evi hingga berdiri. Aku menjilati pantat Evi dari belakang, hingga kemudian kumasukkan tanganku ke lubang pantatnya.
“Aduh, sakit kakak” jerit Evi.
“Aku kan masih perawan kak, masukin aja burungnya kakak disini”, sambil menunjuk memeknya yang mini itu,
“Hah, jadi kamu belum pernah ya Vi” tanyaku kaget.
“Udah deh kak, ayo dong”, sahut Evi manja sambil menjilati tetekku.
Aku pun mencium Evi dengan lembut mulai dari mata, hidung, telinga, hingga kami berciuman dengan hebatnya sambil tanganku meremas remas pantatnya.
“Kak, masukin Evi dong. Evi udah nggak kuat nih” rintihnya memohon.
Kutidurkan tubuh Evi dengan lembut. Kucium bibirnya yang ranum. Kujilati teteknya bergantian dan sesekali kusedot hingga membuatnya meringis kegelian. Lalu kujilati pusernya, hingga akhirnya memeknya yang masih mini itu kujilati.
“Ayo kak, masukin dong” sahut Evi memelas sekali lagi.
Akupun mengarahkan kontolku kemukanya, lalu memintanya menjilatinya sejenak. Kemudia kugesek gesekkan kontolku di memeknya dan mulai memasukkannya dengan perlahan.
“aduh kak, sakittttt….” Jerit Evi!
“Sabar sayang, kakak masukinnya pelan pelan ya” sahutku sambil memaksa masuk kontolku di lobang memeknya yang sangat sempit itu. Ah, sungguh menggemaskan memek adik pacarku ini. Tubuhnya yang putih, mukanyanya yang imut, rambutnya yang panjang dan lurus terurai, bibirnya yang berwarna pink, tetek mungilnya yang mancung, kakinya yang jenjang, gayanya yang manja, nafsunya yang membara….dan sekarang aku mendapatkan keperawanannya pula. Ahhhhh ….. Evi, aku sayang kamu dik.
“Aaaakkkkhhhhh……” teriak Evi kesakitan.
“Arrrrrggghhhhh …..” teriakku kenikmatan.
Kontolku telah masuk 1/2 di memek Evi. Dengan perlahan lahan aku terus menembusnya dengan mendorongnya secara perlahan lahan. Darahpun mengalir dari memek Evi ketika kontolku masuk ¾ dimemeknya. Aku terkagum kagum memandangi darah perawan Evi yang mengalir.
“Terima kasih Evi. Aku sayang kamu”, kataku lembut sambil terus mengeluar masukkan kontolku hingga amblas sepenuhnya di memek Evi.
“Sekarang udah enak kak. Ayo lagi kak. Yang lembut sayang” ujar Evi terbata bata sambil menetekan airmata.
“Iya sayang” sahutku sambil terus mendulang kenikmatan dengannya. Tangan kananku terus meraba raba perutnya yang langsing terawat.
“ahhhh …. Aku sudah mau keluar kak, sedikit lebih cepat dong kak” ujar Evi memohon.
Evi pun menarik tangannku, menjambak rambutku, menciumiku membabi buta, lalu berteriak kenikmatan.
“ahhhhh kak……enaaakkkkk…….jangan dicabut dulu sayang” sahut Evi.
Akupun terus memutar mutar kontolku, mendorongnya, menariknya hingga membuat Evi menarik selimut di tempat tidur. Evi terkulai lemas, kemudian kucabut kontolku dengan perlahan. Kontolku masih keras dan mengacung, karena aku belum keluar.
Evi melirik kontolku, lalu menarik tanganku dan mengucapkan terima kasih sambil berbisik: “sabar sebentar ya kak, Evi masih capek” katanya dengan nada lemah.
Aku masih mengocok kontolku dengan lembut. Akupun heran, kenapa aku belum keluar di lobang perawan senikmat ini? Mungkin karena aku telah keluar pertama kali saat diatas motor tadi, dan biasanya keluar yang kedua ini menjadi lebih lama. Aku tetap terangsang saat memandangi darah yang tertumpah di sprei tempat tidur. Evi berdiri menghampiriku, mengangkat kaki kanannya ke sisi tempat tidur, menarik kontolku yang masih mengacung, dan kembali memasukkannya dalam posisi berdiri.
“Ayo kak, masukin lagi” kata Evi
Akupun menggendong Evi dengan perlahan kearah lemari yang berdempetan dengan tempat tidur, namun tak kulepaskan kontolku yang telah menancap setengah di memeknya.
Kudorong Evi, kuciumi bibirnya, kumasukkan kontolku sepenuhnya, mengeluarkannya setengah, memasukkannya kembali, memutarnya, hingga akhirnya kupacu dengan cepat hingga membuat Evi mendesah desah kenikmatan sepertiku.
“kak…ayo terus kak…..enak…..enak ahhhhh…kakak hebatttt……ahhhhh” ujar Evi setengah berteriak.
Aku terus memacu kontolku keluar masuk hingga merasakan memeknya Evi yang telah basah sekali. Kuremas teteknya, kucupang lehernya kiri dan kanan, kujambak rambutnya lalu kucium, bahkan kugigit bibir pinknya dengan lembut hingga membuat Evi menjerit.
“ahhhhh……Evi…..aku mau keluar sayang……” sahutku lantang.
Walaupun dalam kenikmatan yang luar biasa, aku masih ingat bahayanya jika kumuntahkan maniku didalam, hingga akhirnya kucabut kontolku, kemudian kuminta Evi menungging membelakangiku, dan tanpa permisi langsung kuludahi pantat Evi, dan kuhujamkan kontolku dipantatnya yang juga masih perawan. Evi menjerit kesakitan sampai menangis dan berusaha meronta ronta, namun aku terus memegangi tubuhnya dan menghujamkan kontolku hingga masuk sepenuhnya di pantat Evi.
“kakakkkkkkk….sakitttttt” teriak Evi sambil menangis!
Namun aku tetap memasukkannya, mengeluarkannya dan sesekali meremas pantas Evi yang montok. Tak sampai 3 menit aku memuntahkan maniku di pantat Evi, hingga keluar membasahi pantatnya. Setelah kucabut, aku meminta Evi menjilati dan menghisapnya. Evi pun menurutinya sambil melirikku dengan mata nakalnya. Setelah membersihkan kontolku dengan mulutnya yang imut itu, Evi balas menggigit perutku hingga terluka sedikit.
“biar tau rasa” sahut Evi sambil berdiri dan menciumiku.
Wah, untunglah Evi tak marah pikirku. Luar biasa sekali hari ini. Akhirnya kami berdua tertidur pulas tanpa membersihkan badan terlebih dahulu.
Tiba tiba aku terbangun dan langsung melihat jam yang telah menunjukkan pukul 19.30 WIB. Aku segera membangunkan Evi. Herannya, Evi bukan bergegas mandi, namun justru meraih kontolku dan menghisapnya. Kali ini Evi memintaku diam saja di tempat tidur. Evi menjilati dan menghisap kontolku sesukanya, bahkan sesekali menciumi tetekku. Evi terus melakukan aksinya, hingga akhirnya air maniku keluar sedikit membasahi kontolku. Evi menggesek gesekkan kontolku di pipinya, kemudian mengajakku mandi.
Ketika menyabuni tubuhnya, Evi pun kembali mengocokkan kontolku dengan sabun. Kali ini Evi tidak memintaku memasukkan kontolku dimemeknya, namun ia segera duduk di toilet, membuka memeknya, dan memintaku menjilatinya dari ujung jempol kakinya.
Mengingat semua yang telah diberikan kepadaku, akhirnya kuturuti kemauannya. Bahkan ketika ingin beranjak menjilati betisnya, Evi memintaku untuk kembali menghisap jari jari kakinya.
“kak, sekarang jilat betis sampai ini Evi ya” sambil menunjuk memeknya.
20 menit kujilati mulai paha hingga memeknya sampai membuat Evi kembali mengalami puncak kenikmatan. Setelah itu ia kembali meraih kontolku, menjilati, mengocok, dan melumatnya hingga 5 menitan. Sekali lagi aku keluar, dan Evi memandikan aku dengan air hangat. Hingga akhirnya kami berpakaian kembali setelah mandi, dan Evi mengecupku lembut serta memasukkan sprei tempat tidurnya kedalam tasku. Untuk kenang kenangan, katanya.
Tak terasa, waktu telah menunjukkan jam 20.50 WIB. Aku merasa lelah sekali, dan merasa tak sanggup untuk pulang ke Jakarta dengan motor. Akhirnya aku menghubungi pak Jaya penjaga vila keluargaku yang terletak tak jauh dari vila Evi. Aku meminta pak Jaya menyewa mobil angkot untuk mengantar kami ke Jakarta. Pukul 21.20 WIB pak Jaya datang menjemputku di vila Evi. Setelah motor dimasukkan kedalam angkot, kamipun pamitan ke pada mang Danu dan pak Jaya. Namun mang Danu memintaku untuk membawa hasil panen melon di kebun belakang. Aku tak mau, namun mang Danu memaksaku mengambilnya dibelakang vila. Sesampainya di belakang, mang Danu mengajakku berbicara serius mengenai kedatangan neng Fani tadi sore ketika kami tertidur.
Neng Fani yang dimaksudkan oleh mang Danu adalah kakak dari Indah pacarku dan Evi.
Neng Fani tidak mau mengganggu kalian, karena neng Fani juga datang dengan cowok gelapnya. Fani adalah kakak tertua dari Indah dan Evi. Fani yang berusia 30 tahun, dan telah menikah. Namun Fani sering berselingkuh dengan brondong, karena suaminya berlayar di Eropa. Walaupun 30 tahun, Fani memiliki tubuh yang sangat sempurna. Teteknya yang 36C, pantatnya yang montok, tubuhnya yang langsing, kulitnya yang putih bersih, parasnya yang cantik, bibirnya yang tebal, bicaranya yang rada cadel, rambutnya yang hitam lurus terurai, matanya yang tajam sampai kebiasaannya pipis di lantai dikamar mandi yang tak pernah dikuncinya itu memang sering membuatku mencuri curi pandang terhadapnya.
“Neng Fani sih orangnya bebas teuingg den. Soklah jangan takut dimarahin. Mamang juga sering melihat neng Fani begituan dengan berganti ganti lalaki di vila ini kok” ujar mang Danu.
Wah, penjelasan mang Danu tersebut membuatku tenang dan terangsang juga untuk mencicipi mbak Fani. Setelah selesai menjelaskan semuanya, akhirnya aku memberikan uang damai kepada mang danu untuk informasinya, lalu kami membawa melon ke angkot dan segera pulang ke Jakarta. Selama dalam perjalanan, Evi bercerita mengenai kebiasaannya mencuri blue film milik mbak Fani dan mbak Indah. Dari sanalah ia mempelajari semua yang dipraktekkan tadi denganku. Aku berlagak tenang dan acuh saja mendengarnya.
Pukul 00.30 WIB kami sampai di rumah Evi. Aku tak mengantarnya ke rumah, karena orang rumah mengira Evi dari rumah temannya untuk belajar. Setelah Evi pulang, kamipun berlalu ke rumahku.
-0-0-0-0-0-0-
“Aku sedang inginnnya” DEWA 19 mengalun dari MP.3 9500 membuktikan Indah yang menelponku.
“ya sayang” sahutku
“Aku nggak biasa ketemuan hari ini, lagi jalan nyari buku sama Sheila. Jangan nakal nakal ya say…blab la bla…. Dan diakhiri dengan muacchhhh” sahut Indah mesra lewat 9300 nya
“Iya, aku juga ke bandara nganter bibi yang mau pulang ke Jogja. Aku naik taksi, soalnya capek sekali nih. Besok siang aku jemput di kampus ya. Byee..” sahutku sambil mematikan handphone.
Setelah menunggu 2 jam, pukul 13.00 WIB akhirnya bibi boarding dan aku take off dengan taxi lagi. Aku keluar tol Kelapa Gading, dan bermaksud makan di sekitaran Kelapa Gading. Namun sayang, jalanan macet sekali, hingga akhirnya kubatalkan saja dan meminta taxi langsung meluncur ke bilangan selatan Jakarta. Melihat kondisi tol yang juga macet, akhirnya aku meminta supir taxi lewat non tol saja. Diperempatan ex Coca cola kulihat 300 E merah milik Indah melintas. Dibalik kaca beningnya, kulihat 3 orang didalam mobil. Rambut panjang Indah yang khas serta memperlihatkan gaya menyupirnya yang seperti orang bingung, dan disampingnya ada Sheila kawannya yang khas dengan rambut cepaknya. Satunya lagi pasti pacar Sheila, si Andi yang khas dengan gundul gothicnya itu. Aku meminta supir taxi mengejarnya, namun lampu lalulintas telah merah. Untung lampu hijau, hingga aku meminta supir taxi mengejarnya. Lumayan kalau diantar Indah pikirku, karena ongkos taxi sudah menunjukkan angka Rp. 100.000. Kami pun berusaha mengikuti mobil Indah yang berbelok ke bilangan Pulo Mas. Kira kira 100 meter dari jalan raya, aku melihat mobil Indah belok kekanan dan masuk ke suatu wilayah. Kamipun mengejarnya, dan sampai di depan wilayah itu aku membaca sebuah papan bertuliskan “HOTEL”. Mau ngapain nih si Indah. Beli buku kok di hotel? Pikirku kebingungan. Akupun meminta supir taxi menjauhi mobilnya, hingga dari kejauhan kulihat mobil tersebut masuk ke suatu garasi, lalu garasi tersebut langsung ditutup. Aku mencium gelagat kurang beres, hingga akhirnya aku meminta supir taxi menunggu 10 menit, hingga akhirnya aku membayar taxi dan turun menghampiri kamar tersebut.
“Maaf mas, mau kemana?” tanya seorang room boy padaku.
“Oh, saya sudah janjian sama kawan saya yang didalam sini pak” sahutku kalem.
“Silahkan mas” jawabnya kalem juga.
Aku masuk perlahan lahan melalui pintu kecil yang tidak berisik seperti roling door disampingnya yang berisik jika dibuka. Kemudian aku membuka pintu kamar, dan melihat Indah sedang membelai belai kepala Andi gundul yang sedang menjilati memek Indah. Sheila pun sedang asik menjilati tetek kanan Indah sambil tangan kirinya berusaha mengocokkan ****** Andi gundul.
Mereka bertiga kaget, dan satu persatu langsung duduk di sisi tempat tidur. Aku memberikan bogem mentah tepat di mata kanan Andi, kemudian menampar Sheila dan Indah.
“Kamu kok gitu sih N’dah” kataku dengan suara sedikit keras.
“Maaf ya sayanggg….” jawab Indah memelas dan berusaha memelukku.
“”Kita main berempat aja. Elu silahkan deh make Sheila” kata Andi bersemangat.
Tanpa basa basi, sekali lagi aku menendang Andi tepat di kepalanya hingga ia terjatuh ke lantai. Ketika berusaha melawan, sekali lagi kutendang kepalanya. Andi terkapar di lantai, dan akupun bergegas keluar dan menendang mobil Indah hingga penyok.
Aku berlari mencari taxi kedepan, dan setelah dapat taxi akupun melaju ke selatan Jakarta. Inikah karma, karena berselingku dengan Evi adiknya, pikirku bingung? Aku hanya terdiam hingga satu jam, hingga kemudian sampai di rumah. Setelah menenggak segelas Chivas milik ayah, mulai pukul 17.00 WIB sampai 20.00 WIB aku tertidur pulas di kamar. Sekitar pukul 21.00 WIB aku merasakan elusan lembut dibagian kontolku. Aku sedikit terbangun, dan melihat Indah sedang berusaha membuka retsletingku. Aku menampiknya dan berdiri. Akupun marah marah terhadapnya dengan berbagai makian, dan Indah hanya bisa tersedu sedu menangis sambil terus meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Hampir satu jam kami ribut, dan tiba tiba mamaku masuk menanyakan masalah kami.
“Semuanya baik baik saja kok mah” sahutku
“Ya sudah, nanti ke bawah ambil platinum card mama, kalian jalan jalan ya” sahut Mama
Akupun merasa tidak enak ribut dirumah, hingga akhirnya aku pergi keluar dengan Indah.
Setelah berputar putar hingga akhirnya sampai ke daerah menteng, kamipun tetap tidak menemukan titik temu, akupun memarkirkan mobil. Tiba tiba Indah bertanya : “Untuk nebus perbuatan aku. Kamu mau apa? Aku tetap diam sampai 10 menitan. Ketika melamun, tiba tiba aku terbayang bayang untuk berselingkuh dengan mbak Fani. Otakku mulai nakal dan berkata dalam hati: “Ah, alangkah nikmatnya jika bisa meremas tetek mbak Fani yang 36C, kontolku dihisap dan dijepit bibirnya yang sexy, menggoyang pantatnya yang sexy, ….”. Ketika aku bengong membayangkan keseksian mbak Fani, tiba tiba sekali lagi Indah bertanya sekali lagi: “biar impas, kamu mau selingkuh dengan siapa. Aku rela kok?
Tanpa dikomando, akupun langsung mengucapkan: “mbak Fani”!
Nampak nampak wajah kaget di muka Indah. Kamipun berdebat, hingga akhirnya Indah terdiam, lalu mengatakan: “Ya sudahlah, nanti aku usahain. Tapi kamu jangan tinggalin aku ya sayang” sahut Indah manja sambil memelukku. Aku rada heran juga dengan anak ini dan keluarganya, namun kunikmati sajalah, bahkan saat ini ia sudah mulai menjilati kontolku diatas mobil. Setelah maniku mau keluar karena dijilati Indah, aku menarik mukanya dan menyemprotkjan maniku di bajunya hingga belepotan. Herannya, Indah hanya mesem mesem sambil mengambil tissue untuk memgelap baju.
Pukul 23.00 WIB aku mengantar Indah sampai di gerbang, sambil berpesan: “Pokoknya, kalau perjanjian kita belum terlaksana, aku nggak mau ketemu”. Setelah Indah masuk, aku segera menancap Wranglerku.
Ini sudah hari ketiga, dan Indah belum juga menghubungiku. Pukul 12.00 WIB Indah menghubungiku via telepon rumah.
“Kamu nanti malam jam 8 an datang aja ke rumah ketemu mbak Fani tuh. Kami semua ke puncak untuk refreshing”. Sahut Indah di telepon
“Mbak Faninya marah nggak? Kamu bilang apa? Dan berbagai pertanyaan cemas lain kutanyakan pada Indah
“Aku tuh pernah nangkep basah mbak Fani selingkuh sama si Ivan supir papa, jadi nggak usah takut. Kayaknya dia juga kesenengan tuh. Nggak usah hot hot ya mainnya” sahut Indah dengan nada ngambeknya.
“Ya udah. Byeee” sahutku.
Waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB. Sekarang waktunya kerumah Indah pikirku. Pukul 19.30 WIB aku sampai lebih dulu di rumah Indah. Ternyata si Inem nggak ikut, malah ialah yang membukan pintu untukku.
“Loh, neng Indah kan ke puncak den. Mau gituin saya lagi ya den? Tapi ada neng Fani lo den” kata Inem dengan gaya menggodanya.
“Inemmmm, persilahkan masuk dong kalau ada tamu” teriak mbak Fani lantang
Akupun masuk, duduk, dan baca majalah, namun aku tidak melihat mbak Fani disitu. 15 menit aku menunggu sambil membaca majalah, hingga akhirnya Inem mengantarkan minum dan berbisik: “dipanggil mbak Fani di perpustakaan sebelah tuh den”.
Akupun menyapa mbak Fani, dan ia mempersilahkan aku duduk. Saat itu ia masih mengenakan pakaian kantor berikut sepatu hak tingginya. Mbak Fani ngobrol seputar mobil denganku, hingga akhirnya memintaku mengambilkan catalog mobil yang terletak di bagian atas lemari perpustakaan mereka.
Saat mengambil kursi untuk membantuku mengambil buku itu, mbak Fani membuka lemari dan mengambil sebotol air mineral, 2 buah kapsul berwarna biru dan satu botol kecil.
Ketika aku menaiki kursi dan berusaha meraih buku tersebut, mbak Fani menghampiriku dengan membawa 2 buah pil biru dan air mineral tersebut. Mbak Fani memintaku meminum 2 buah pil tersebut. Akupun meminumnya, dan aku paham, kalau itu adalah Viagra. Setelah aku minum, mbak Fani langsung membuka retseling celanaku saat aku berdiri diatas kursi. Mukanya persis di depan kontolku yang mulai mengeras dan mengacung didepan hidungnya. Mbak Fani tidak memegangnya dengan tangan, tidak mengocoknya, tidak menjilatinya namun langsung menghisap kontolku dalam dalam hingga pipinya yang cubi itu kempot.
“Ahhhhh…..mbak geliiiiiiiiii” sahutku kegelian.
Mbak Fani terus saja menghisap, melepaskannya, menghisap, melepaskannya, hingga akhirnya ia menjilati biji pelerku dengan rakusnya. Kali ini mbak Fani mengocokkan kontolku dari samping dengan bibirnya yang seksi. Keahliannya mengocokkan ****** dengan bibir perlu diacungi jempol. Mbak Fani membuka celanaku sepenuhnya, dan langsung menghampiri pantatku, menjilatinya, dan saat ini tangan kanannya mengocok kontolku dengan lembut dari belakang.
“Mmmmmmm………….enakkkkkk mbakkkk………”sahutku sampai gemetaran
Mbak Fani masih berpakaian lengkap dengan sepatu kantornya, namun sesekali berusaha membuka celana dalamnya, bahkan hingga melorot hanya sampai di bagian paha. Mbak Fani kembali menghisap kontolku dari depan. Aduh, baru kali ini ada hisapan ****** yang membuat tubuhku seperti tersedot semua ke mulutnya.
“Ahhhhhh…..mbakkkkkkk, aku kok keluarnya cepet nih” sahutku sambil gemetar
“Kalau mau keluar, bilang ya” sahut mbak Fani mendesah
“Sekarang mbak” sahutku lagi
“Tahan yaaaaa, sampai mbak bilang *******” sahutnya terbata bata
Mbak Fani mengeluarkan kontolku dari mulutnya, mengocoknya dengan tangan kirinya dan ia pun naik keatas kursi tempatku berdiri, menarik roknya keatas dengan tangan kanannya, mengangkat kaki kanannya dan meletakkannya di pinggiran lemari, kemudian mengarahkan kontolku ke memeknya.
“sempyyyyyyootttttt……….” Kata mbak fani mendesah
Akupun menyemprotkan maniku di memeknya hingga basah. Herannya, baru kali ini kontolku langsung mengecil saat keluar. Walaupun telah mengecil, mbak Fani tetap menggesek gesekkan kontolku di memeknya.
Mbak Fani memintaku turun, menggandengku ke sofa, mempersilahkanku duduk sementara ia tetap berdiri, memberikanku minuman, dan membelai rambutku seperti anak anak.
Mba Fani memintaku membukakan jasnya, bajunya dan BH nya, dan iapun membuka seluruh pakaianku. Mbak Fani mengambil botol kecil tadi, dan mengoleskan cairan di botol itu mulai dari lutut hingga pangkal pahaku.
“Aduh mbak, sakittttt” jeritku kesakitan karena urutan mbak Fani yang keras itu
“Sabar ya sayang. Biar kita bisa sampai pagi” kata mbak Fani.
Kemudian mbak Fani memintaku beristirahat sejenak dan kemudian ia memanggil Inem.
“Inemmmmmmmmmm…………” teriak mbak fani dengan keras.
Inem pun datang menghampiri mbak Fani. Aku sedikit bingung dengan sandiwara yang akan dimainkan mbak Fani, namun aku tetap saja mengangkang sambil terkaget kaget melihat ukuran kontolku yang menjadi lebih besar dan panjang dari biasanya. Apalagi saat itu melihat Inem dengan kaos pinknya yang memperlihatkan tetek dibalik BH hitamnya serta rok mini dari bahan kaos serta penampilan mbak Fani yang hanya memakai rok, sepatu hak tinggi dan tetek 36 C nya yang montok itu. Ahhhh, nikmatnya hidup ini pikirku.
“Inem, bersihin memek mbak nih” sambil mengarahkan memeknya yang masih setengah tertutup rok kearah bibir Inem.
Inem pun menjilati memek mbak Fani, sambil mbak Fani membelai rambut Inem. 5 menit memperhatikan mereka, tiba tiba maniku muncrat dengan keras hingga berbunyi “creeeeeeetttttt”.
Mbak Fani dan Inem tersenyum bersamaan, sedangkan aku nampak malu malu. Herannya, kali ini kontolku tidak menciut, melainkan tetap seperti tadi.. Sekarang mbak Fani meminta Inem berdiri diatas meja, membuka rok Inem dan menarik jemput Inem tercabut beberapa helai.
“Aduh mbak, ojo dicabutin lagi donggggg” sahut Inem memelas.
“Diem kamu Nem, nanti nggak mbak ajak lagi lo” ancam mbak Fani sambil menjilati memek Inem dengan rakusnya. Tiba tiba mbak Fani berhenti dan kembali membuka laci kembali. Mbak Fani mengambil beberapa sex toys koleksinya. Ia memilih ****** kontolan berwarna merah. Tanpa basa basi, Mbak Fani memasukkan benda itu ke pantat Inem, hingga membuat Inem meringis.
“Ayo Nem” ujar mbak Fani sambil mengocokkan ****** kontolan itu dengan cepat di pantat Inem.
“Ssssshhhhhh….mbak nikmat nikmmmmmmmm……aaahhhh” sahut Inem menanggapi jilatan dan hujaman ****** kontolan mbak Fani.
Adegan mereka berdua membuatku mengeluarkan mani sekali lagi. “creeeeettt…” namun kali ini sudah mulai sedikit yang keluar. Melihat aku telah keluar dua kali, mbak fani dan Inem menghampiriku, lalu menjilati kontolku secara bergantian.
“Ahhhh….mbak….Nem…..mbak……ennnnnn…..mmmmm……akkkk” ujarku
“Nem, bukain rok mbak pake mulut” kata mbak Fani terbata bata sambil menghisap kontolku.
Aku melihat Inem bersusah payah membukanya dengan mulut, hingga akhirnya terbuka juga. Inem langsung mencabut ****** kontolan yang ditancapkan mbak Fani di pantatnya, kemudian Inem pun langsung menancapkan ****** kontolan itu di pantat mbak Fani.
“Kurang ajarrrrrr kamu Nem” kata mbak Fani berteriak.
Namun Inem tetap saja mengeluar masukkan benda itu di pantat mbak Fani, hingga akhirnya mbak Fani menarik tangan Inem kedepan dan menyuruh saya menjilati tetek Inem yang masih terbungkus kaos pink dan BH itemnya
“Ayo den, jilatnya kerasan dikit dong” mohon Inem dengan nada memelas
Mbak Fani menarik badan Inem dan meletakkannya di kontolku. Mbak Fani membantu Inem dengan menaik turunkan tubuh Inem diatas kontolku.
Mbak Fani mengarahkan memeknya kemulutku dan memintaku menjilatinya. Tak sampai 5 menit, maniku muncrat lagi di memek Inem, kemudian Inem menarik memeknya dan memintaku menjilati memeknya, dan sekarang mbak Fani yang memasukkan kontolku ke memeknya. 5 menit kemudian, akupun memuncratkan maniku kembali di memek mbak Fani, hingga kemudian mbak Fani turut minta dijilati memeknya. 2 buah memek ada di depan mulutku saat ini. Mbak Fani dan Inem berebutan untuk dijilati, sambil mereka berdua berciuman dengan mesra diatas kepalaku.
Mbak Fani berbisik dengan Inem, dan kemudian mereka berpelukan, lalu memasukkan kontolku yang masih tetap tegak berdiri di celah celah tetek mereka yang sedang berpelukan. Sambil berpelukan, mereka menaik turunkan badan mereka yang menjepi kontolku. Sesekali mbak Fani meludahi kontolku. Aku tak bisa menahan sensasi yang baru kualami ini, hingga akhirnya maniku munrat kembali. Mbak Fani dan Inem kembali berebutan menjilati kontolku hingga bersih. Kamipun istirahat, kemudian mbak Fani membuka kaos dan BH Inem, lalu menjilati dan menghisap tetek Inem. Hampir 10 menit aku memperhatikan Inem dan mbak Fani saling menjilat dan menghisap.
“AArrrrrrrrrgggggghhhhh…..creeeeet” aku memuntahkan maniku untuk yang kesekian kali karena melihat ulah mereka. Kali ini mbak Fani meminta Inem menjilati pantatnya, dan kemudian mbak Fani memasukkan kontolku ke memeknya. Mbak Fani memacu tubuhnya naik turun dengan cepat di kontolku. Kali ini dengkulku serasa mau copot.
“Mbakkkkk…….ampppp……unnnnnn…..ssshhhhh ahhhh a……..” sahutku terbata bata
“ayo sayaaanggg puaskan mbbbaaa…….kkkk……”sahut mbak Fani terputus putus
Mbak Fani memacu lebih cepat lagi, hingga akhirnya berusaha menarik kepalaku, menjambakku, menciumiku dengan buas, dan kemudian menghantamkan tubuhnya dengan keras di kontolku.
“Ahhhhhhhhhhhhh…………..” sahut mbak Fani sambil memelukku erat erat hingga akhirnya terkulai lemas diatas tubuhku.
“kamu hebat saying” ujar mbak Fani sambil mencium mata kananku, lalu ia berbalik menuju kursi dan duduk. Heran, kenapa kontolku masih saja terus berdiri, padahal sudah berkali kali memuntahkan mani.
“Sekarang jatah kamu Nem” kata mbak Fani pada Inem
Tanpa basa basi, Inem pun memacu tubuhnya seperti mbak Fani tadi, namun tak sampai 5 menit Inem telah terkulai di tubuhku. Mbak Fani berdiri menghampiri pantat Inem dan kontolku yang masih menyatu, lalu menjilatinya. Inem mulai menaik turunkan tubuhnya kembali diatas kontolku. Perlahan lahan Inem menaik turunkan tubuhnya dikontolku, sambil sesekali memutarnya, hingga akhirnya iramanya semakin cepat seperti tadi. Sudah 10 menit aku digoyang Inem, dan dijilati mbak Fani, namun mereka belum juga berhenti.
“ayo den, akhhhhhhhhhhhhhhh….saya wes keluar den” ujar Inem sambil berdiri dan mencabut memeknya dari kontolku.
Mbak Fani dan Inem menjilati kontolku yang masih tetap mengacung dan besar. Aku benar benar lemas, namun kontolku tak mau mengecil. Mbak Fani dan Inem pun akhirnya memahamiku.
“Aku capek mbakkkk” kataku pada mbak Fani.
Kamipun beristirahat selama 30 menit, dan mbak Fani meminta Inem mempersipkan makan malam. Dengan jalan yang malas malasan, Inem pun berlalu mempersiapkan makanan. Mbak Fani mengurutku dengan lembut.
“Mbak pijit ya sayang” ujar mbak Fani dengan lembut di telingaku sambil menjilati kupingku.
Aku dan mbak Fani tertidur di atas sofa selama 1 jam, dan terbangun saat Inem sedang melap badan kami dengan handuk hangat. Herannya, kontolku masih saja mengacung dan keras. Inem mempersilahkan kami makan. Dalam keadaan bugil, kami menuju meja makan. Mbak Fani tersenyum memperhatikan kontolku yang masih terus mengacung di bawah menja makan kaca milik mereka. Sesekali mbak Fani yang duduk diseberangku memainkan kakinya di kontolku. Dan yang paling kurang ajar adalah tingkah Inem yang masuk ke kolong meja makan dan menjilati kontolku. Buat apa marah, justru nikmat sekali kurasakan. Bahkan sesekali mbak Fani memasukkan jempol kakinya ke pantat Inem.
Selesai makan, kami beristirahat dan menonton CNN selama 1 jam di ruang keluarga. Mbak Fani meletakkan kepalanya dipangkuanku, dan Inem masih terus menjilati biji pelerku dan mengelus elus pahaku sambil menonton TV. Kali ini, mbak Fani hanya meminta Inem duduk diam disofa untuk masturbasi. Kemudian mbak Fani memintaku terlentang di karpet. Seluruh tubuhku dijilati mbak Fani hingga basah, bahkan sesekali ia meludahi tubuhku dan menjilatnya kembali. Aku sungguh terpana melihatnya. Wanita secantik dia, tetek sebesar itu, kulit yang putih seperti ini, rambutnya yang sering melambai lamai saat mengentotiku, bibir sexy, namun mau melayaniku dengan luar biasa seperti ini.
“Mbak masukin lagi ya sayang” ujar mbak Fani sambil mengelus pipiku.
Dengan hati hati, mbak Fani berjongkok diatas kontolku. Ia memasukkan kontolku dengan perlahan ke memeknya. Setelah beberapa kali naik turun, mbak Fani mencabutnya, dan pergi ke arah perpustakaan. Aku tetap tergeletak di karpet, sedangkan Inem masih asyik mendesah desah sendirian sambil memainkan memeknya di sofa.
Mbak Fani kembali membawa benda kecil. Mbak Fani memakaikan ring plastik berduri di kontolku. Mbak Fani kembali jongkok, kakinya tak menyentuh pinggulku, dan dengan hati hati ia memaksa kontolku masuk. Mbak Fani menaik turunkan tubuhnya diatas kontolku, memutar mutar memeknya di tubuhku dengan cepat.
“aaahhhhhh mbakkkk ennnn….aaaa……kkkkk” sahutku meringis.
Mungkin inilah goyangan madura itu pikirku. Selama 20 menit aku telah keluar 3 kali dengan goyangan mbak Fani itu. Akhirnya mbak Fani pun lemas, terkulai dan menciumi bibirku.
“Ma kasih saying. Mbak puas sekali. Kamu hebat” kata mbak Fani
“Iya mbak, aku juga puas. Ma kasi ya mbak” sahutku hingga kemudia aku tertidur.
Kami dibangunkan, dan aku sungguh kaget karena yang membangunkanku adalah Mamanya Indah, Evi dan mbak fani. Aku melihat mbak Fani tertidur pulas di depan kontolku, dan Inem diatas paha mbak Fani. Aku melihat ada yang terganjal di pantatku. Rupanya Inem memasukan ****** kontolan mbak Fani di pantatku. Mama mencabutnya dengan keras, dan melemparkannya ke Inem. Inem pun kaget, demikian halnya dengan mbak Fani. Berhubung baju kami ada di perpustakaan, akhirnya kamipun disidang dalam keadaan bugil di ruang tamu. Herannya, kontolku masih saja menacing dan keras. Entah obat apa yang diberikan mbak Fani padaku.
Setelah menginterogasi kami, akhirnya terbongkarlah semua skandal. Mbk Fani membongkar aksiku di puncak dengan Evi, Mbak Fani membongkar paksaan Indah terhadapnya, dan aku membongkar kelakuan Indah dengan Andy gundul dan Sheila.
Mama terdiam, hingga akhirnya ia mengambil handphonenya.
“Indah, kamu dan Evi pulang ya ke Jakarta. Papa suruh tunggu aja di puncak, nanti mama yang jemput” ujar mama di handphone dan kemudian menutupnya
“Mah, papa ikut anak anak balik ya. Bali baru saja nelpon papa dan minta rapat mendadak” ujar Papa lewat handphone.
“Iya Pah, bye” sahut mama sambil mematikan speaker phone 9300 nya, lalu mematikan handphone.
Akhirnya Mama meminta kami mengenakan pakaian. Kamipun segera berhamburan ke perpustakaan di sebelah rumah.
“Aduh mbak, gimana nih. Kontolku masih tegang dan retsleting celana nggak bisa ditutup” sahutku memelas pada mbak Fani.
Mbak Fani berusaha membetulkan posisi kontolku yang tidak bisa ditutup oleh celana tersebut, namun tetap saja tak bisa ditutupi oleh celana ataupun kaosku. Mbak Fani pun keluar perpustakaan, dan tak lama kemudian kembali menghampiriku.
“kata mama, pas papa pulang kamu ngumpet aja di kamar Inem. Kamu disuruh nunggu, sampai papa berangkat ke bali. Mama mau ngomong sama kita semua. Tenang aja, papa nggak pernah keruang belakang tempat kamarnya Inem kok.” ujar mbak Fani sambil sesekali mengocokkan kontolku dengan tangan kanannya.
Tepat pukul 20.00 WIB papa dan semua sampai dirumah, namun sejak jam 19.00 WIB aku telah diminta menunggu di kamar Inem. Aku sendirian di kamar Inem yang berukuran 3x3 m itu. Kunyalakan radionya Inem, dan tanpa sadar aku tertidur. Tepat pukul 23.00 WIB aku dibangunkan oleh Inem.
“Den, dipanggil ibu di ruang tengah tuh” sapa Inem ketakutan.
Kulihat kontolku, masih saja mengacung dan keras. Aku kebingungan dengan hal yang satu ini. Sambil berusaha membetulkan kontolku, tiba tiba Inem mesem mesem dan berkata: “Aduh Den, jangan harap jadi kecil sebelum 2 hari. Dulu aja mas Ivan supir bapak sampai cuti 2 hari karena kontolnya dibuat keras seperti ini sama mbak Fani ”.
“Ya sudahlah Nem, ditutup sama kaos saja” sahutku kebingungan.
Kamipun menuju ruang tamu. Semua tertunduk malu, sedangkan mama hanya termenung melihat semua anak gadisnya. Aku dan Inem dipersilahkan duduk oleh mama, namun semua anak gadisnya masih saja tertunduk. Kamipun diinterogasi oleh mama. Satu persatu menangis, termasuk mama. Karena tak bisa lagi menahan amarah, akhirnya mama berteriak dengan keras: “SUNDALLLLL……………”
Suasana ruangan menjadi semakin hening dan mencekam. Mama memandangi kontolku yang masih menonjol namun setengah tertutup kaos.
“itu kamu kenapa”? Tanya mama sinis sambil menunjuk kontolku
Aku hanya terdiam tak bisa menjawab, hingga akhirnya mbak Fani angkat bicara, diikuti lirikan Indah dan Evi. Mendengar penjelasan mbak Fani, Indah berusaha menutup mulutnya karena tertawa.
“kamu jangan cengengesan Ndah” ujar mama marah kepada Indah.
Mama pun meminta satu persatu anak gadisnya menjelaskan semua yang terjadi. Mulai dari Evi, Indah, Mbak fani, bahkan Inem. Mama nampak kaget mendengar penjelasan mereka yang lebih spesifik itu.
“Jadi, kalian ini benar benar maniak seks ya. Mama sedih sekali mendengar dan melihat ini semua” ujar mama sambil meneteskan air mata sekali lagi.
“Baiklah kalau demikian. Mama mau keluar sebentar, dan jangan ada diantara kalian yang melakukan itu lagi. Semuanya tidur dikamar masing masing". Ujar mama sambil menarik tanganku ke ruangan belakang, lalu memintaku masuk dikamar Inem, kemudian mama keluar sambil mengunci pintu kamar dari luar.
Tepat jam 01.00 pagi mama membangunkan aku yang tertidur pulas di kamar Inem. Lagi lagi aku melirik kontolku yang masih mengacung dan keras.
Mama mengajakku ke ruang makan, dan mempersilahkanku menikmati makanan yang telah disajikan di meja. Mama pun memanggil semua anak gadisnya. Selesai makan, kami kembali diminta ke ruang tamu. Mama meminta kami semua duduk di karpet, sedangkan mama duduk diatas sofa. Kami semua kaget, karena saat itu mama melepaskan jilbabnya. Ah, cantik sekali mama jika tanpa jilbab. Terpampang tulang pipinya yang sexy, kulit putihnya, dan payudaranya yang seperti pepaya. Biasanya tetek itu tertutup jilbab, namun akhirnya dapat terlihat dengan jelas dibalik bajunya yang ketat. Mama pun melepaskan kacamatanya, jam tangannya, lalu menyilangkan kakinya dan kemudian menepukkan tangannya dengan keras beberapa kali. Tiba tiba dari teras depan masuk seorang laki laki dan perempuan yang telah telanjang bulat dihadapan kami.
“Saya meminta kalian menari dan bermesraan dihadapan kami, namun jangan sekali kali menjamah satu orangpun dari kami. Silahkan dimulai” ujar mama ketus kepada kedua orang tersebut.
Kami semua tertunduk malu. Tiba tiba dengan suara lantang mama meminta kami memperhatikan sepasang kekasih yang meliuk liukan tubuhnya sambil sesekali berciuman mesra. Setelah 30 menit berlalu, aku melihat posisi duduk masing masing kami yang mulai berubah ubah karena memperhatikan kedua orang yang bermesraan di depan kami. Tanpa sadar, Indah terlebih dulu memberanikan diri memegang payudara kanannya. Memutarnya, meremasnya, dan sesekali berganti ke payudara kirinya yang masih terbungkus kaos, namun tak memakai BH. Evi hanya bengong, sambil sesekali menatap kami satu persatu. Lain halnya dengan mbak Fani, ia hanya menatapi mama dengan muka penuh kebingungan.
“Kenapa kamu Fani. Nggak usah pura pura alim lah. Perhatikan saja mereka, dan lakukan seperti yang kamu biasa lakukan” tantang mama dengan nada sinis kepada Fani.
Tidak tau karena kesal dengan amarah mama, atau karena sudah horny, namun tiba tiba saja mbak Fani meraih kontolku,mengocoknya perlahan lahan sambil melirik takut ke mama. Evi memperhatikan aku dan mbak Fani, sedangkan Inem dan Indah masih terus memperhatikan kedua orang yang menari dan bermesraan dihadapan kami. Aku mulai melihat Indah mulai memasukkan tangannya lewat bawah kaos untuk memegang teteknya.
“Ayo, kok kalian hanya segini aja? Katanya maniak seks”? ujar mama ketus
“Sekarang buka baju kalian semua” tambah mama dengan suara lantang
Kami bingung mendengar ucapan mama. Kami pun saling pandang menandakan kebingungan dengan perintah mama tersebut.
“Ayo buka bajunya semua” kata mama dengan tegas sekali lagi.
Kamipun mulai melepaskan pakaian kami satu persatu, hingga akhirnya semua berbugil ria. Yang membuatku bingung adalah 2 buah bekas kecupan di payudara Evi. Seingatku, aku tidak pernah membuat “duatanda mata” itu di payudaranya. Ah, sudahlah pikirku. Tiba tiba penari lelaki bertanya pada mama: “kok tante nggak ikutan bugil”
“Kurang ajar kamu. Kamu saya bayar untuk menari, bukan nasehati saya” ujar mama marah sambil kembali memerintahkan kami untuk saling pegang pegangan.
Karena Evi dan Inem masih saja bengong, akhirnya mama minta Inem meraba raba Evi. Evi pun kaget, namun nampak menikmatinya. Mama memanggilku sambil membuka plastik yang ada di meja. Mama mengeluarkan salep, obat obatan dan air mineral. Mama mengolesi ujung pahaku dengan salep, dan mengurutnya lembut. Sesekali kuperhatikan pandangan liar mama ke kontolku, namun ketika aku memperhatikan, mama segera membuang muka. Aku disuruh duduk di sofa oleh mama, dan Inem dan semua anak gadisnya meminum pil yang diberikannya. 20 menitan kami disuruh duduk terdiam di sofa, dan mama memberikan segepok uang kepada pasangan penari tersebut dan mempersilahkan mereka berpakain dan pulang. Setelah menerima uang, dengan nakalnya penari pria meremas tetek mama dan kemudian berlalu bersama pasangannya.
“bangsat” kata mama berteriak diikuti gelak tawa kami semuanya.
Aku terheran, karena kontolku tiba tiba berubah warnanya menjadi kemerahan, dan aku seperti merasakan kekuatan baru di tubuhku. Disisi lain, aku melihat duduk Inem dan para anak mama yang seperti orang gatel.
“Sebentar lagi ya” kata mama misterius sambil mesem mesem.
“Mah, aku pengen ke toilet nih” ujar mbak Fani, diikuti Inem, Indah dan Evi. Semua anak perempuan mama berhamburan ke toilet.
“Kalau lihat saya, kamu terangsang nggak” Tanya mama padaku ketika ditinggalkan oleh semua putrinya dan pembantunya.
Aku hanya bisa terdiam dan tertunduk. Saat tertunduk, aku seperti kaget melihat urat kontolku yang membesar di sekitar batangnya.
“Kenapa, bingung ya lihat itu kamu jadi seperti itu”? Tanya mama dengan nada sinis, sambil menunjuk kontolku.
“Sini ditambahin, biar semakin besar lagi” sahut mama.
“kesini kata saya” teriak mama sekali lagi.
Mama mengambil salep itu lagi, kemudian mengoleskannya di kepala kontolku. Kepala kontolku terasa dingin setelah diolesi salep itu. Kemudian mama memintaku meminum kapsul. kapsul itu berwarna coklat dan putih. Setelah itu mama mempersilahkanku duduk. 5 menit kemudian, aku terasa ingin pipis juga, hingga akhirnya aku pamit ke toilet. Mama hanya mengangguk mempersilahkan.
Sesampainya di toilet, aku kaget juga melihat Inem yang sedang dijilati, dikobel kobel memeknya, dihisap putingnya, diraba raba perutnya secara berebutan oleh Indah, mbak Fani dan Evi. Karena mereka tidak melihatku, akhirnya aku memutuskan pipis di kamar mandi belakang. Di kamar mandi aku memperhatikan kontolku yang sangat keras dan berurat urat, berwarna merah padam, dan bagian kepalanya menjadi lebih besar dari biasanya. Apa ini, pikirku bingung? Akupun seperti merasakan dorongan seksual yang hebat sekali, dan tanpa sadar mengocokkan kontolku sendiri secara perlahan.
“Kenapa pipis disini” kata mama lembut, namun membuatku kaget.
Mama memegang kontolku erat erat, dan menariknya seperti menarik belalai gajah. Karena tak bisa mengendalikan diri, aku memberanikan diri meremas pantat mama yang mulai turun itu.
“Kamu jangan kurang ajar ya” ujar mama sambil melepas kontolku dan menamparku.
Kali ini mama menarik tanganku, namun lagi lagi aku tak bisa mengendalikan dorongan seksual yang begitu luar biasa, hingga kali ini aku memberanikan diri meremas payudara kiri mama dari samping.
“Kamu ini memang bandel ya” sahut mama sambil menamparku sekali lagi.
Mama pun memintaku mengikutinya. Rupanya mama telah meminta semua putrinya dan Inem ke kolam renang di samping rumah. Alangkah kagetnya aku kali ini, karena kali ini aku melihat mbak Fani telah menjilati memek Evi dengan buasnya. Indah menghisap tetek Inem sambil meraba raba memek Inem.
“Lihat buasnya mereka semua. Saya tidak menyalahkan kamu karena telah menggauli mereka semuanya. Ini memang salah saya” kata mama sambil meneteskan air mata
“Ini kali terakhir kamu main dengan tiga putriku, karena saya akan bawa mereka ke Sydney dengan saya untuk menetap disana. Saya juga telah memberitahukan ini dengan mereka. Jadi, kali ini nikmati saja sepuasnya” ujar mama tegas.
“Kalau gitu, aku boleh dong gituan juga dengan mama” sahutku memberanikan diri.
Aku memang tergiur untuk menikmatinya, sejak ia membuka jilbabnya dan memperlihatkan tetek pepayanya yang sampai saat ini masih tertutup baju ketatnya. 10 menitan aku tidak mendapatkan jawaban. Akupun tak berani lagi meremas atau memegang mama, karena takut ditampar lagi.
“Saya tetap tidak mau. Kenapa sih nafsu lihat saya? Sana, main saja dengan mereka semua” ujar mama.
Tiba tiba semua putrinya dan Inem menghampiri aku dan mama. Tanpa malu malu, mbak Fani langsung memegang kontolku. Indah meraba raba pantat mbak Fani, dan Evi berciuman sangat mesra sambil mengadu lidahnya dengan Inem. Aku melupakan mama, dan menikmati sensansi yang sangat baru dan luar biasa ini.
“Den, Inem mau dong dimasukin” sahut Inem memelas.
“Enak aja kamu Nem, aku dulu ya sayang” sahut Indah sambil memasukkan memeknya di kontolku
“Auuuwwww….kok jadi besar begini sih say” kata Indah sambil terus berusaha memasukkan kontolku kememeknya.
Mbak Fani berdiri dibelakangku, kemudia meminta Evi mendorong tubuh Indah supaya terdorong kuat. Sedangkan Inem jongkok di antara kontolku dan memek Indah sambil berusaha menjilatinya.
“Ahhhhhh…. Dorongnya pelan pelan dong Vi” ujar Indah kepada Evi yang mendorongnya dari belakang.
Karena merasa terlalu lama, mbak Fani membalikkan badanku kehadapannya dengan kasar. Mbak Fani menggenggam kontolku dengan keras, mendorongku ke tembok dekat pintu, lalu mendorong tubuhnya dengan kuat untuk memaksa kontolku yang besar masuk ke memeknya.
“akkkkhhhhhh…….besar amat sayang” teriak mbak Fani sambil terus memutarkan pantatnya, mendorong, memutarnya, mengangkat kaki kanannya sedikit, hingga akhirnya kontolku terbenam sepenuhnya di memeknya. Mbak Fani menarik tubuhnya perlahan lahan, mendorongnya, menariknya, hingga membuat kami merasakan kenikmatan.
“Terusss mbbb….akkkk…..” sahutku lembut
“mmmm…..ayo sayang…..” seru Evi menjilati kontolku dari bawah.
“creeettttttt….” Kontolku membasahi memek mbak Fani dan mulut Evi. Aku langsung berjalan menuju Indah, kuhujamkan kontolku dengan kasar di memek Indah.
“Ahhhh sayang….ennna kkkkk ….ennnakkk ….”ujar Indah terbata bata
“Ayo sayang ….mmmm” sahutku pada Indah sambil memutar mutar kontolku dengan cepat.
“Akhhhhhh……….enakkkk” kata Indah sambil terkulai lemas dipundakku.
Akupun mencabut kontolku dari memek Indah, dan meminta Evi menungging. Kuludahi pantat Evi, kucolok pantatnya dengan perlahan, lalu kusodokkan kontolku dipantatnya.
“Ahhhhhhh kakakkakakkk..kkkk…kakkk….sakitttttt” teriak Evi.
Aku tak memperdulikannya lagi. 3 menit aku bermain di pantat Evi dengan buas, hingga akhirnya kumuncratkan maniku di pantatnya. Maniku menetes keluar bercampur darah dari pantatnya. Lalu kucabut kontolku dan duduk di kursi. Evi nampak kesakitan dengan pantatnya, hingga mbak Evi melap pantat Evi, kemudian menjilatinya dengan rakus. Inem menghampiriku, dan tanpa permisi memasukkan kekontolku ke memeknya. Inem menggoyangkan memeknya dikontolku. Inem memutarnya, menaikkan, menurunkan hingga gerakannya semakin cepat. 5 menit Inem menggoyangku, lalu berkata: “kalau mau keluar, bilang ya den”
Aku tidak mempertanyakan alasan Inem yang memintaku memberitahukannya jika ingin keluar, hingga akhirnya aku mulai merasa ingin memuntahkan maniku.
“sekarang mau keluar Nem” sahutku cepat, dan Inem memperlambat gerakannya.
“Mbak Indah sini” panggil Inem kepada Indah yang sedang asyik menjilati memek Evi dan mbak Fani secara bergantian.
Tangan kiri Inem menuntun Indah jongkok bersamanya didepan kontolku sambil tangan kanannya mengocok kontolku dengan cepat.
“cretttt…..” berceceranlah maniku dimuka Indah dan Inem.
Indah dan Inem menarikku dan menghampiri mbak Fani dan Evi yang sedang asyik memainkan lidah mereka sambil saling meremas tetek. Setelah menghampiri mereka, Indah berbisik pada mbak Fani, Evi dan Inem, hingga akhirnya mereka berempat duduk berderet dan mengangkang membuka memek mereka. Indah memberikan komando, agar aku mengentoti kami satu persatu secara bergantian mulai dari yang paling kiri.
Aku mulai memasukkan kontolku di memek Evi. Tangan kanan Evi merangkul pantatku, seakan memaksaku menghujamkan ****** dalam dalam
“ayo kakak, lebih cepat lagi” ujar Evi bernafsu
Kuayun kontolku dengan cepat dimemek Evi, namun tiba tiba Indah menarik tanganku, meraih kontolku, memasukkannya ke memeknya, namun kali ini indahlah yang menaik turunkan memeknya.
“Ahhhhh…..sayang, kamu sodok juga dong” ujar Indah memelas.
Aku mengeluarkan mani dimemek Indah di menit kelima, lalu mbak Fani menarikku dan ia membalikkan badannya, menungging, lalu memintaku memasukkan kontolku ke pantatnya. Kepala mbak Fani tertempel ke tanah, sedangkan kedua tangannya mengempit pantatnya yang telah menjepit kontolku. Kusodok pantat mbak Fani dengan kasar hingga membuatnya meraung raung.
“aduh…. Aduhhhh…. aduh …..” jerit mbak Fani lantang
Aku tak memperdulikannya, namun kontolku semakin dijepit lebih hingga akhirnya kumuntahkan maniku di pantatnya. Mbak Fani langsung membalikkan tubuhnya, dan mengangkang kembali, lalu memintaku menghujamkan kontolku di memeknya. Namun di luar dugaan, Inem menarik lenganku dan memaksa kontolku masuk di memeknya. Inem menggoyangku dengan lembut selama 5 menit, hingga akhirnya aku mencabut kontolku, dan memuntahkan maniku ke arah mbak Fani.
Sekarang Evi berdiri dan menarik tanganku, kemudian memintaku kembali mengentotinya. Kali ini Evi mengikuti gaya Indah. Evi memajukan tubuhnya, bahkan memutarnya hingga membuatku kegelian.
“Ahhhh Eviiiii eeenn….aaaaakkkkkkkkkk sayang” ujarku terbata bata
Indah, Inem dan mbak Fani mengelilingi aku dan Evi. Sekarang aku memacu kontolku dengan cepat di memek Evi. Mbak Fani menjilati tetek kiri Evi. Indah meremas remas tetek kanan Evi, dan Inem menjilati pantatku dari belakang.
“Ahhhhhhhhh……aku mau keluar sayang” ujar Evi berteriak
Evi terkulai lemas menandakan ia telah keluar, namun aku terus memacu kontolku dengan cepat sambil sesekali menggoyangnya. Evi terkulai tak berdaya sambil mendesis seperti ular.
“Kalau mau keluar, bilang ya sayang” bisik mbak Fani lembut ditelingaku.
“Aku udah mau keluar mbak” sahutku
Mbak Fani pun meminta Indah dan Inem jongkok bersama sambil mengatakan: “******* muka kami sayang”.
Kutarik kontolku dari memek Evi, dan kusemprotkan di muka Inem dan Indah. Ketika ingin menyemprotkan mbak Fani, kontolku sudah tak bisa mengeluarkan mani lagi. Akhirnya mbak Fani menjepitkan bibirnya dari samping kekontolku. Ia mengocok kontolku dengan gaya khasnya.
“Akkkhhhhh….gelllllllllliiiiiii mbak” sahutku sambil merinding
Mbak Fani melepaskan bibirnya dari kontolku, lalu mengocoknya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya meremas remas pantatku.
“Ayo sayang, ******* mbak dong” ujar mbak Fani terbata bata.
Aku melepaskan tangan mbak Fani yang sedang mengocok kontolku, dan meminta Indah yang mengocokkannya, dan meminta mbak Fani memejamkan matanya. Sambil mengocok kontolku, Indah menghisapi putting tetekku. Semakin lama, Indah semakin kencang dan kasar mengocok kontolku, hingga akhirnya kumuntahkan maniku di mata mbak Fani. Kali ini kuminta Inem menjilati maniku di mata mbak Fani. Inem pun menurutinya, dan menjilati mata mbak Fani yang berlumuran maniku. Aku nampak kelelahan, demikian halnya dengan Indah dan Evi yang telah terkulai lemas. Akhirnya kami memutuskan untuk masuk kedalam kolam berenang bersamaan.
5 menit didalam kolam renang membuat badan kami segar kembali. Indah mulai naik dari kolam berenang, diikuti Inem, lalu Evi. Ketika mbak Fani ingin turut naik, aku menarik tangannya, lalu menyenderkan tubuhnya di tangga kolam. Aku mengangkat kaki kanan mbak Fani, lalu meletakkannya di tangga, dan memasukkan kontolku ke memeknya. Aku berciuman sangat mesra hingga mempermainkan lidah kami, bahkan sesekali mbak Fani menggigit lidahku.
“Ayo sayang, goyang mbak Fani” ujar mbak Fani dengan manja.
Kumasukkan kontolku perlahan, hingga akhirnya kupacu dengan cepat. Mbak Fani mendesah desah seperti orang kesurupan, hingga akhirnya kuciumi bibirnya. Mbak Fani mendorong tubuhku, hingga kontolku terlepas dari memeknya, namun ia menarik tanganku kembali, dan sekarang mbak Fanilah yang mendorongku ke tangga kolam. Mbak Fani mengangkat kaki kirinya, memasukkan memeknya ke kontolku, lalu memutar tubuhnya hingga memacu tubuhnya dengan cepat. 10 menit kami bergumul di tangga kolam, hingga akhirnya aku menjambak rambut mbak Fani, merangkulnya erat erat hingga memelukku rapat dan kumuntahkan maniku di memeknya. Aku dan mbak Fani berpelukan, lalu kukecup bibirnya dengan lembut.
Indah memberikan handuk padaku dan mbak Fani. Kami berjalan ke arah Evi dan Inem yang terkulai di kursi panjang. Mbak Fani dan Indah duduk berpangkuan. Tiba tiba kulihat mama yang masih duduk sambil melipatkan tangannya dan menyilakan kakinya.
Melihat mama, aku memberanikan diri untuk bertanya pada mbak Fani.
“Mbak, boleh nggak aku ngentot sama mama?” ujarku pelan dan penuh rasa cemas.
Mbak Fani tidak menjawab, namun Indah berkata: “kalau berani, coba aja”
Akupun berlalu menuju mama sambil mengocokkan kontolku dengan cepat, sambil diiringi lirikan mata mbak Fani dan tatapan tajam Indah. Aku tiba dihadapan Mama, dan mama melepaskan tangannya yang berlipat sambil nampak kebingungan menghadapi aku yang datang menghampirinya sambil mengocok kontolku . Kali ini aku tidak memegang, namun aku terus mengocokkan kontolku dan mengarahkannya ke baju ketat mama.
“Eh…eh…eh… kamu mau ngapain” ujar mama kebingungan melihat ulahku
Mama berusaha berdiri, namun aku mendorongnya lembut hingga ia duduk kembali di kursi. Mama meronta ronta sambil teriak memanggil nama nama anaknya serta Inem. Indah, mbak Fani, Evi disusul Inem berlarian menghampiriku dan mama.
“Fani, tolong mama mau diperkosa nih” teriak mama lantang.
“Indah, tolong mama dong. Evi, Nemmmmmm” teriak mama lagi dengan nada yang lebih keras.
Rumah besar mereka memang membuat tetangga tidak bisa mendengar kami. Mama terus berteriak, namun aku terus mengocokkan kontolku dengan lembut, hingga akhirnya kumuncratkan maniku di baju ketat mama.
“aduhhh, gimana sih ini…. Kamu tuh…..” ujar mama sambil melap maniku dari bajunya.
Indah, Evi dan Inem hanya terdiam, dan tiba tiba mbak Fani mengeluarkan suaranya dengan lembut: “kalau mama mau, nggak apa apa kok mah. Kami nggak ngadu deh ke papa. Lagian, tadi aku lihat mama meremas remas payudara mama kok”
“ngaco kamu Fani” ujar mama sedikit geram
Aku membelai belai kontolku, dan kali ini kuberanikan untuk mengarahkannya ke memek mama yang masih terbungkus rok. Mama mendorongku, lalu kembali melipatkan tangannya. Kali ini Indah yang mengocokkan kontolku dengan lembut sambil mengarahkannya ke baju ketat mama, dan mbak Fani membisikan sesuatu di telinga mama. Aku tidak mendengar bisikan mbak fani, namun akhirnya mbak Fani menarik tanganku, kemudian membimbingnya ke arah mama, namun mereka semua mundur 2 meter dari kursi mama. Aku terdiam 5 menit dihadapan mama sambil mengocokkan kontolku dengan lembut.
“Kok ngocoknya pelan, yang cepat dong. Muntahkan lagi di baju mama” ujarnya sinis sambil melepaskan lipatan tangannya.
Ahhh, luar biasa sekali pikirku. Aku tak tau apa yang dibisikkan mbak Fani pada mama. Aku hanya mengocokkan kontolku lebih cepat, hingga sekali lagi kumuntahkan maniku di baju mama. Aku mengurut kontolku dengan keras, hingga mengeluarkan tetes mani terakhir, setelah itu aku terdiam 5 menit memperhatikan kontolku yang masih saja mengacung dan keras. Aku memandang mama, demikian sebaliknya.
“Kok, cuma dibaju” kata mama nakal
Akupun segera meremas tetek pepayanya yang masih terbungkus BH dan baju ketatnya itu, lalu mama membisiki telingaku: “saya nggak suka yang kasar kasar. Yang lembut ya”
Akupun menarik lembut kepala mama kearah kontolku, kemudian memintanya menjilatinya. Mama mengocokkan kontolku terlebih dahulu, lalu menjilatinya, menghisapnya, hingga mengocokkannya kembali. Aku mencabut kontolku dari mulutnya, kemudian memuncratkan maniku sekali lagi di bajunya.
“Aduh, kamu kok suka muncratin disini sih” kata mama menggoda
Akupun membuka bajunya dengan lembut sambil meletakkan tangan kanannya dikontolku, lalu ia mengocokknya. Aku sungguh kaget melihat tetek mama yang indah. Bentuknya memang seperti papaya, jatuh kebawah bergelayutan, namun puttingnya masih berwarna kemerahan. Aku meremas teteknya dengan lembut, hingga akhirnya aku melepaskan kontolku dari tangannya, dan mengarahkannya ke tetek kanan mama. Kumainkan kontolku di putingnya, lalu kuminta mama meludahi belahan teteknya. Aku meminta mama maju sedikit kedepan, lalu kuletakkan kontolku dibelahan dadanya, kemudian kujepit dengan tetekanya yang kurapatkan dengan tangan kiri dan kananku. Aku mengentoti teteknya saat ini. 5 menit kuentoti tetek mama, hingga akhirnya aku memuncratkan mani didagunya. Mama memintaku membersihkan mani didagunya dengan lidahku. Aku menunjukkan keberatan, namun mama memaksaku. Akhirnya aku kembali meletakkan kontolku di belahan teteknya, menjepitnya, lalu kukocokkan lagi seperti tadi. Mama melepaskan kontolku dari jepitan teteknya, dan memintaku menuruti kemauannya. Dengan berat hati, kujilati maniku didagu mama, hingga kemudian ia menjambakku dan meghisap mulutku hingga menyedot semua maniku yang tercecer di lidahku. Mama memintaku menjulurkan lidah, dan ia menghisapnya seperti ******.
“Sekarang, hisap putting mama, lalu buka rok dan celana mama ya” kata mama lembut.
Kuhisap putingnya kirinya, kuangkat tetek kanannya hingga menggelantung lalu kuremas remas. Mama mendesis seperti ular sambil berusaha meraih kontolku.
“Ayo say, sekarang ke sini mama” ujar mama sambil mengelus elus memeknya yang masih terbungkus rok dan celana dalam.
Akupun jongkok dihadapan perutnya, kujilati pusarnya sambil memintanya mengangkat tubuhnya agar aku bisa menaikkan roknya. Kuangkat roknya hingga menutupi perutnya, kemudian kubuka kakinya dan kugigit memeknya yang masih terbungkus celana dalam putih bersihnya.
“kamu heeee….bat sayangggggg” sahut mama terbata bata
“Ayo dong, lepas celananya” sahutnya lagi sambil membelai rambutku seperti anak kecil.
Kubuka celana dalam mama hanya sampai di betis, lalu kuraba pahanya hingga pangkalnya. Mama nampak merinding dan mendesis keenakan. Sekarang kuraba memeknya yang telah basah. Kurentangkan kakinya dengan kasar hingga celana dalamnya yang di betis robek. Kubuka seluruh celana dalamnya yang telah robek itu lalu kuciumi.
“Sayang, sudah nggak tahan nih. Ayo dong jilatin” ujar mama sambil menggoyang goyangkan tetek kanan dan kirinya.
Kujilati memek mama yang sudah sedikit lebar itu. Mama memintaku memasukkan lidahku kememeknya, hingga akhirnya tangan kanannya menempelkan kepalaku ke memeknya hingga membuatku tak bisa bernafas.
“Kita ke kolam ya” ujar mama lembut sambil menggandeng tangan kananku
Sesampainya di kolam, mama memegang besi tangga kolam, lalu menungging. Mama mengarahkan kontolku di pantatnya. Kuhujamkan kontolku hingga terbenam, dan mama meringis. Mama memintaku untuk membenamkan kontolku dipantatnya lalu menyuruhku diam saja. Tiba tiba ia memberikan kedua tangannya padaku untuk dipegang. Dalam posisi menungging, kontolku terbenam di pantatnya dan tangan kami berpegangan, tiba tiba mama memutar pantatnya perlahan lahan, hingga akhirnya berputar dengan cepat sekali. 2 menit pertama aku menyemprotkan maniku di pantatnya. Menit ke 5 aku memuntahkan mani yang kedua. Menit ke 10 kumuntahkan yang ketiga hingga maniku menetes di lantai.
“Mahhhh…..ampuuuuuunnnnn……..nikkkmaattt….beett…..t tuuullll” kataku sambil meringis
“ahhh….ahhhhh….ouuuuhhhhhhhhhggggghhhhh….” sahut mama sambil melepaskan tanganku dan mencabut kontolku dari pantatnya.
Mama langsung menghisap kontolku, mengocoknya dan sekarang ia menyenderkan pantatnya dibesi kolam, lalu memasukkan kontolku di memeknya sambil berkata: “tadi kan mama yang kerja dan puaskan kamu, sekarang puaskan mama ya”.
Karena tak mau dianggap egois, akupun meminta mama berbaring dilantai, kemudian aku mulai memainkan jariku dimemek mama. Satu jari kumasukkan, namun mama belum bereaksi apapun. Dua jaripun demikian. Akhirnya kumasukkan tiga jariku, namun mama baru bereaksi sedikit. Memek mama memang sudah lebar. Kontolku yang sebesar nampaknya masih longgar jika menembus memeknya. Aku sedikit kebingungan, hingga akhirnya aku melepaskan jam tangan dan cincinku. Aku meludahi tangan kananku, lalu mulai menggesek gesekkannya di memek mama. Mama mulai mendesis desis, saat bulu tanganku menggesek memeknya. Selanjutnya kumasukkan tiga jariku kememeknya, lalu empat jari, hingga akhirnya kumasukkan kepalan tanganku secara perlahan
“Ahhhhhhh…..sakiiiiitttttttt…..” teriak mama
Aku tak memperdulikannya, hingga akhirnya kepalan tanganku menembus memek lebarnya. Kuludahi tanganku 5 kali sambil kumasukan dan kukeluarkan di memek mama.
“Ahhhh nikkkkkmatttt…terusss….terussss….akkkkhhhh … ohhhhh ……lebihhh ceeeeeppp……aattttttttt sayanggg” teriak mama
Tangan kiriku kupuaskan untuk meremas remas tetek pepayanya, dan tangan kananku kukeluarkan dan kumasukkan dengan cepat dimemeknya. Aku merasakan mama telah keluar, namun aku terus memacu tanganku lebih cepat hingga akhirnya mama keluar kali yang kedua. Setelah melihat tetesan darah, aku mencabut tanganku perlahan, diikuti teriakan mama: “auwwwww”
“jilatin dong say” ujar mama lirih
Kujilati cairan bercampur darah dimemek mama sambil sesekali meremas lipatan perutnya yang putih dan menggoda. Mama menjambak rambutku, dan menariknya kemukanya sambil berkata: “terima kasih sayang, mama puas sekali”
“aku juga ma” sahutku sambil mengangkatnya berdiri.
Mama memanggil semua putrinya dan Inem. Setelah mereka datang, mama meminta mereka semua jongkok dihadapan kontolku, diiringi dengan mama. Mama meminta semua menjilati kontolku secara bersamaan. 10 menit mereka menjilati, menghisap sampai menggigit biji pelerku hingga aku memuntahkan mani selama 5 kali di muka mereka masing masing.
Aku mengambil jamku dilantai, dan waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB. Akhirnya kami masuk satu persatu kedalam rumah. Evi memelukku dari depan, mengangkat kaki kanannya, memasukkan kontolku ke mememknya, lalu dengan perlahan mengambil posisi di gendong olehku.
“Ayo kak, kita mandi air hangat didalam, tapi kakak gendong aku ya” bisik Evi sambil terus memaju mundurkan dan memutarkan memeknya yang tertancap kontolku. Akupun berjalan menuju kamar mandi dengan jalan perlahan, karena kedua kaki Evi menjepit erat pantatku.
Di kamar mandi, aku dimandikan oleh mereka semua. Setelah mbak Fani menghandukiku, mama mengoleskan salep yang lain dengan yang tadi, lalu ia memintaku berpakaian.
Mereka pun berpencar ke kamar masing masing, dan aku memakai kaos dan celanaku. Aku melirik kontolku, dan kali ini kulihat telah kembali seperti semula. Setelah berpakaian, aku menuju ruang tengah. Mama memangil semua putrinya serta Inem. Semuanya telah mengenakan pakaian. Mama berbicara serius sehubungan dengan keputusannya memisahkan kami. Akupun menyetujui keputusan tersebut, dan akhirnya mama memintaku membuka retsleting celana ku dan mengeluarkan kontolku sekali lagi. Mama meminta semua yang disitu menghisap kontolku untuk terakhir kalinya. Mulai dari Evi, mbak Fani dan Inem kusemprot dengan mani di mulut mereka. Sampai di Indah pacarku, aku berhenti sejenak, memintanya berdiri, memeluknya sambil meneteskan airmata.
“Maaf kalau aku punya salah ya Ndah” bisikku di telinga Indah
Tanpa berkata apapun, Indah mengocokkan kontolku dengan tangannya, lalu mengisapnya hingga kusemprotkan maniku yang tidak banyak lagi dimukanya. Akhirnya aku bergeser ke arah mama, dan membiarkan kontolku dihadapnnya. Mama membuka kancing dasternya hingga tetek pepayanya menyembul. Mama meletakkan kontolku dibelahan dadanya, kemudian menjepit kontolku dengan teteknya, meludahi belahan dadanya, hingga akhirnya ia mengocokkan kontolku dengan tetek pepayanya. Mama mengeluarkan maniku sebanyak 2 kali, hingga yang ketiga kontolku tak mengelurkan setetes mani pun. Mama mencabut kontolku dari teteknya, menghisapnya dengan buas, lalu mengurut kontolku seperti memeras jeruk. Kontolku benar benar mengecil sekarang, lalu mama memasukannya kedalam celana dalamku, menciumnya, lalu menutup retsletingku. Aku pun berpamitan pada mereka semua, hingga akhirnya tak bertemu mereka hingga saat ini.
TAMAT